Jual Beli Dengan Allah
Sungguh....Allah Maha Santun..lagi Maha Lembut....
Siapakah sesungguhnya Penjual dan yang berhak menjual ?
Bukankah hanya 'yang' memiliki sesuatu dan memerlukan 'keuntungan' ?
Sesungguhnya siapakah pembeli dan yang dapat (mempunyai daya untuk) membeli ?
Bukankah hanya 'yang' membutuhkan/menginginkan sesuatu dan dapat membayar dengan sesuatu sesuai dengan 'nilai'. Dimana nilai keuntungan sebanding dengan nilai pembayaran...?
Bukankah segala sesuatu adalah milik Allah...?
Bahkan manusia-pun bagian dari milik-Nya...?
Mengapa Allah menciptakan manusia, memberi segala keperluannya dan membeli kembali diri manusia yang beriman beserta harta yang telah diberikan-Nya dengan bayaran syurga...?
Terlepas dari persoalan qudrat dan iradat-Nya... ada beberapa pemahaman yang dapat ditarik dari pola hubungan hamba dan khalik dalam perspektif jual beli tersebut.
Pertama, Allah menggunakan bahasa manusia yang cenderung menerapkan konsep perniagaan dalam setiap hubungan2. Untung rugi menjadi paradigma kehidupan... Maka ini merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk 'menarik' perhatian manusia...
Kedua, konsep jual beli memang merupakan konsep utama dalam berbagai hubungan manusia, selain pemberian-pemberian...dan dalam hal ini Allah 'menempatkan Diri' dalam posisi yang 'akrab' dengan manusia...sebagaimana salah satu hadits Qudsi :
"Cukuplah Allah sebagai kawan dekat..."
Kembali dalam konsep jual beli...maka semestiya manusia berfikir...betapa Allah Maha Pemurah... memberikan sesuatu, membeli kembai sesuatu tersebut dengan membayar dengan sesuatu yang jauuuuuuuh lebih berharga dari seluruh isi dunia... yaitu syurga...
Sesungguhnya dari mekanisme tersebut, terlihat sangat nyata...bahwa Allah hanyalah ingin memberi dan memberi kebaikan kemuliaan..kepada orang-orang yang mau beriman...
Jika fenomena ini dilihat dari kacamata seorang hamba yang tahu diri...maka...sesungguhnya yang layak baginya adalah posisi sebagai 'pembeli'...karena pastilah setiap hamba membutuhkan rahmat dan pertolongan-Nya sementara Dia tidak membutuhkan apa2 dari makhluk-Nya..
Rahmat Allah hanya bisa dibeli oleh orang yang beriman.
Rahmat Allah hanya bisa dibeli dengan diri dan harta yang diterimanya.
'Diri' yang dimaksud adalah ke-tundukan, kepatuhan/ketaqwaan, dan orientasi perhatian n kecintaan.....serta segala potensi yang dilekatkan Allah pada seorang hamba...
Dengan demikian, setiap amal...lahir dan batin..yang tertuju kepada-Nya adalah bagian dari pembayaran. Setiap pengorbanan pun bagian lain dari pembayaran tersebut..apapun bentuknya...
Jika telah demikian mekanisme ini berjalan dan dapat dibuktikan konsistensinya...maka syurga dunia dan akhirat...adalah haknya para hamba...
Subhanallah..walhamdulillaah walaa ilaaha illaallaahu Allaahu Akbar...
Bagaimana kalau hal ini dilihat dar perspektif lain...?
Semoga berlanjut.... Insya Allah....