Label

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 04 Februari 2012

BERLALULAH WAHAI KEINGINAN-KEINGINAN


Wahai keinginan-keinginan…
kutinggalkan engkau….
karena keberadaanmu menjadi beban,
membelenggu,
memenjarakan,
mengikat erat,
membungkam,
menulikan pendengaran,
mendominasi pikiran,
menyempitkan dada,
mengaburkan pandangan,
mengotori hati, dan
memenuhi semua ruang dengan kesia-siaan.

Kau pun telah membutakanku dari melihat warna putih dan hitam,
Kau menyesatkanku dengan keindahan dan kebahagiaan semu.
Dan yang jelas…kau telah menghijabku dari mengenal keutamaan dan kemuliaan.

Cukuplah bagiku harapan…
yang menemaniku sepanjang nafas ini berjalan.
Karena dialah aku ini memandang kedepan.
Dan kepadanyalah aku dapat bersandar.

Selangor DE, 26 April 2010


Makna 'Hidup'

Makna 'Hidup'

'Hidup' adalah kesempatan untuk berbuat, sekaligus untuk menyaksikan akibat semua perbuatan. Karena ciri sebuah kehidupan ada pada aktifitasnya, perbuatannya, perubahannya. Maka sesungguhnya perbedaan antara 'hidup' dan mati, hanya pada perannya saja, aktif dan pasif.

Dalam salah satu hadits qudsi, Allah pernah menyampaikan,"Cukuplah kematian itu sebagai peringatan".

Maka Allah memberikan 'kehidupan' kepada akal, pikiran, hati, penglihatan n pendengaran bagi manusia untuk bisa menjawab setiap 'kematian', baik diluar dirinya maupun dalam dirinya sendiri...yang mau memanfaatkan 'kehidupan'-nya.

Jual Beli Dengan Allah

Jual Beli Dengan Allah

Sungguh....Allah Maha Santun..lagi Maha Lembut....
Siapakah sesungguhnya Penjual dan yang berhak menjual ?
Bukankah hanya 'yang' memiliki sesuatu dan memerlukan 'keuntungan' ?
Sesungguhnya siapakah pembeli dan yang dapat (mempunyai daya untuk) membeli ?
Bukankah hanya 'yang' membutuhkan/menginginkan sesuatu dan dapat membayar dengan sesuatu sesuai dengan 'nilai'. Dimana nilai keuntungan sebanding dengan nilai pembayaran...?
Bukankah segala sesuatu adalah milik Allah...?
Bahkan manusia-pun bagian dari milik-Nya...?

Mengapa Allah menciptakan manusia, memberi segala keperluannya dan membeli kembali diri manusia yang beriman beserta harta yang telah diberikan-Nya dengan bayaran syurga...?

Terlepas dari persoalan qudrat dan iradat-Nya... ada beberapa pemahaman yang dapat ditarik dari pola hubungan hamba dan khalik dalam perspektif jual beli tersebut.

Pertama, Allah menggunakan bahasa manusia yang cenderung menerapkan konsep perniagaan dalam setiap hubungan2. Untung rugi menjadi paradigma kehidupan... Maka ini merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk 'menarik' perhatian manusia...

Kedua, konsep jual beli memang merupakan konsep utama dalam berbagai hubungan manusia, selain pemberian-pemberian...dan dalam hal ini Allah 'menempatkan Diri' dalam posisi yang 'akrab' dengan manusia...sebagaimana salah satu hadits Qudsi :
"Cukuplah Allah sebagai kawan dekat..."

Kembali dalam konsep jual beli...maka semestiya manusia berfikir...betapa Allah Maha Pemurah... memberikan sesuatu, membeli kembai sesuatu tersebut dengan membayar dengan sesuatu yang jauuuuuuuh lebih berharga dari seluruh isi dunia... yaitu syurga...

Sesungguhnya dari mekanisme tersebut, terlihat sangat nyata...bahwa Allah hanyalah ingin memberi dan memberi kebaikan kemuliaan..kepada orang-orang yang mau beriman...
Jika fenomena ini dilihat dari kacamata seorang hamba yang tahu diri...maka...sesungguhnya yang layak baginya adalah posisi sebagai 'pembeli'...karena pastilah setiap hamba membutuhkan rahmat dan pertolongan-Nya sementara Dia tidak membutuhkan apa2 dari makhluk-Nya..

Rahmat Allah hanya bisa dibeli oleh orang yang beriman.
Rahmat Allah hanya bisa dibeli dengan diri dan harta yang diterimanya.
'Diri' yang dimaksud adalah ke-tundukan, kepatuhan/ketaqwaan, dan orientasi perhatian n kecintaan.....serta segala potensi yang dilekatkan Allah pada seorang hamba...
Dengan demikian, setiap amal...lahir dan batin..yang tertuju kepada-Nya adalah bagian dari pembayaran. Setiap pengorbanan pun bagian lain dari pembayaran tersebut..apapun bentuknya...

Jika telah demikian mekanisme ini berjalan dan dapat dibuktikan konsistensinya...maka syurga dunia dan akhirat...adalah haknya para hamba...
Subhanallah..walhamdulillaah walaa ilaaha illaallaahu Allaahu Akbar...

Bagaimana kalau hal ini dilihat dar perspektif lain...?
Semoga berlanjut.... Insya Allah....

Cahaya dan Kebaikan

Cahaya adalah kebaikan
Kebaikan adalah cahaya

Cahaya memancar disekitarnya sehingga apa-apa yang semestinya nampak, maka nampaklah ia
Cahaya yang mampu manampakkan warna asli dari setiap yang ada, hanyalah cahaya putih
Bukan cahaya berwarna-warni seperti dalam pesta.

Kebaikan mampu membukakan mata, baik mata hati, pikiran dan mata kepala.
Satu kebaikan ada yang menimbulkan kebaikan lainnya.
Ada satu kebaikan yang mempunyai usia sepanjang masa.
Namun ada juga kebaikan yang hanya sesaat saja.

Kebaikan akan menjadi cahaya jika disambungkan kepada sumber segala sumber cahaya.
Sesungguhnya yang mampu menebar n memancarkan cahaya hanyalah pemiliki cahaya.
Tanpa itu semua, maka kebaikan tak mempunyai daya pancar.
Inilah yang dimaksud fatamorgana kebaikan, kebaikan semu dan kebaikan palsu.
Olehkarenanya, keikhlasan adalah telaga kebaikan dan berarti telaga cahaya.
Akankah sebuah telaga itu menjadi samudra…? Mengapa tidak…?
Jika setiap ruas, sel dan bahkan molekul yang ada pada diri adalah kebaikan.
Bagaimana bisa…? Jika masing-masing mampu berbuat kebaikan tanpa henti.
Bagaimana caranya …? Dengan membingkai semua amal lahir, batin dan sir dalam ridlo dan syukur serta denyut dzikir yang terus mengalir.

Senyuman adalah cahaya
Memberi adalah cahaya
Mengabdi adalah cahaya
Berfikir adalah cahaya
Menganalisis adalah cahaya
Membaca adalah cahaya
Menahan lapar adalah cahaya
Doa-doa adalah cahaya

Ada cahaya yang memancar dan semakin terang
Namun ada pula cahaya yang ketika dipancarkan berpendar dan semakin hilang

Pilihan Orientasi Kehidupan

Bismillaahirrahmaanirrahiim….

Hidup adalah pilihan
Untuk tersenyum gembira atau bersedih dan merana…
Karena selalu ada hal2 yang bisa membuat kita tersenyum, selain pasti ada pula yang membuat kita bersedih…kecewa atau bahkan marah…
Tinggal kita pilih yang mana yang akan kita hidup-hidupkan dan memenuhi sebagian besar ruang hati kita.
Ketika sebagian besar ruang hati kita telah dipenuhi dengan syukur…maka kesedihan, kekecewaan bahkan kemarahan…seperti tak punya tempat…

Ketika harapan tidak tepat diletakkan
Dia hanya akan menyebarkan virus kekecewaan.

Hanya Dialah yang layak menjadi sandaran
Karena Dialah pemilik tali kokoh yang bisa dipegang
Sehingga…. Dialah orientasi kehidupan